Media Masyarakat Tentang Pengenalan Informasi Seputar Burung Kicau, Atau Hewan Peliharaan Dalam Perawatan, Penangkaran, dan Penyembuhan Penyakit.

Mengenal Jalak Suren Jawa Dan Cara Perawatannya

Artikel terkait : Mengenal Jalak Suren Jawa Dan Cara Perawatannya

Jalak suren jawa (Gracupica contra jalla) merupakan salah satu dari lima ras /  subspesies jalak suren yang ada di dunia. Istilah jalak suren jawa digunakan para kicaumania untuk membedakannya dari jalak suren kalimantan. Jalak suren jawa sebenarnya tidak hanya dijumpai di Jawa, tetapi juga di Sumatera dan Bali. Inilah salah satu jenis burung yang sudah banyak dibudidayakan atau ditangkarkan manusia. Sebagian besar jalak suren jawa yang ada di pasaran adalah hasil penangkaran, dan dapat dijadikan contoh betapa lebih nyaman untuk memanfaatkan burung tangkaran.

Jalak Suren Jawa

Perlu diketahui, jalak suren dulu dimasukkan ke dalam genus Sturnus. Makanya, jangan heran kalau sampai sekarang beberapa web lokal dan mancanegara yang masih memakai nama Sturnus contra untuk jalak suren. Namun, berdasarkan hasil studi terbaru, penggolongan jalak suren ke dalam genus Sturnus tidak memiliki landasan  kuat, sehingga jalak suren dikembalikan ke dalam genus yang lebih tua, yaitu Gracupica, dengan nama spesies Gracupica contra.

Seperti dijelaskan sebelumnya, ada lima ras / subspesies jalak suren di seluruh dunia, dan semuanya berada di Asia, yaitu :

  1. Gracupica contra contra (Linnaeus, 1758) : habitat di wilayah timur Pakistan (Lahore), wilayah tengah India (Assam, Karnataka, Andhra Pradesh), serta wilayah selatan Nepal dan Bangladesh. Ciri ras ini, warna bulu di bagian kepala hitam, bercak di daerah pipi melebar hingga ke sisi tengkuk.
  2. Gracupica contra sordida (Ripley, 1950): habitat di wilayah timurLaut India (dari Sadiya ke Tirap dan Bukit Naga). Ciri ras ini mirip contra, namun bagian pundak dan tengkuknya tidak terlalu bergaris-garis.
  3. Gracupica contra superciliaris (Blyth, 1863): habitat di wilayah timurLaut India (Manipur), wilayah timur Myanmar, dan wilayah baratdaya China (daerah Yunnan). Ciri khasnya adalah memiliki bulu  putih di bagian kepalanya, yang membentang hingga ke atas mata.
  4. Gracupica contra floweri (Sharpe, 1897): habitat di Thailand, wilayah baratlaut Laos, dan Kamboja. Cirinya mirip dengan ras superciliaris, tetapi bulu putih di atas kepala lebih lebih banyak.
  5. Gracupica contra jalla (Horsfield, 1821): habitat di Sumatra, Jawa, dan Bali. Ciri khasnya adalah bilu di atas kepala berwarna hitam, daerah sekitar mata dikelilingi warna oranye lebih luas daripada ras lainnya. Sebaliknya, bercak putih di daerah pipi relatif sempit dibandingkan ras lainnya.
Selama ini, istilah jalak suren jawa dimunculkan sebagai pembeda dari jalak suren kalimantan yang memiliki ciri khas seperti jalak suren ras floweri detail artikel jalak suren kalimantan klik DISINI. Jalak suren jawa juga diyakini memiliki suara lebih bagus daripada jalak suren kalimantan, dan harganya juga lebih mahal.


Sebagian lagi sengaja memeliharanya untuk dijadikan kelangenan, terutama kicaumania senior yang sejak dulu menggemari burung ini. Dan, ada satu lagi manfaat jalak suren yang tak dimiliki jenis burung lainnya, yaitu bisa menjadi “alarm anti-maling”. Jika ada orang yang datang ke rumah, burung ini akan mengeluarkan kicauannya yang kencang dan bervariasi. Apabila orang itu ternyata maling, dan datang pada malam hari, secara refleks ia akan lari. Kalau pun tidak lari, Anda pun pasti akan bangun mendengar jalak suren bunyi malam hari.

Melihat berbagai kelebihannya itulah, banyak penangkar jalak suren hingga kini tetap eksis karena permintaan yang terus meningkat. Di Klaten ada beberapa desa yang menjadi sentra jalak suren, dan itu sudah berjalan hampir seperempat abad. Ini menunjukkan jalak suren masih banyak peminatnya. Sebaliknya, penggemar burung pun berlomba-lomba mencarinya di pasar burung maupun datang langsung ke rumah penangkar.

Perawatan  jalak suren trotolan
Tidak sedikit kicaumania yang tertarik dengan jalak suren jawa yang masih anakan, dengan harapan jika sudah dewasa akan jinak, punya banyak isian dan tentu saja bisa bicara. Sebelumnya, pastikan burung yang akan dibeli jantan, meski betina juga bisa berkicau keras, tapi  variasi dan gayanya sangat terbatas.

Membedakan jenis kelamin jalak suren saat trotolan memang tidak mudah, karena penampilan fisiknya hampir sama, baik warna, bentuk, dan ukuran tubuhnya. Namun ada beberapa sifat yang bisa menjadi acuan dalam memilih burung jantan sewaktu berada di dalam kandang ombyokan.

Berikut ini cara memilih trotolan jalak suren jawa dalam kandang ombyokan:
  • Burung jantan akan berdiri lebih tegak daripada betina. Perhatikan jika salah satu burung di kandang ombyokan terlihat berdiri lebih tegak, maka itulah yang diambil.
  • Burung jantan memiliki belahan dada yang memanjang hingga ke bagian vent (kloaka). Sedangkan belahan dada betina hanya sebatas perut. Ini hanya bisa terlihat sesekali ketika burung membusungkan dadanya dan sedang duduk bertengger dengan santai.
  • Bentuk kepala burung jantan lebih lonjong dan ukurannya sedikit lebih besar daripada betina. Sedangkan kepala betina cenderung bulat dan ukurannya sedikit lebih kecil.
  • Burung jantan, meski masih trotolan, lebih agresif daripada betina. Ketika Anda memberikan pakan, biasanya burung akan langsung menghampiri dengan sifat agresifnya, dan tidak jarang berupaya menyingkirkan burung lain yang menghalanginya, baik dengan cara menabrak atau menginjaknya.

Jika jalak suren jawa sudah dewasa, sexing sedikit lebih mudah, karena warna putih pada burung jantan akan terlihat lebih bersih daripada betina. Warna hitamnya juga lebih mengkilap. Postur tubuhnya juga lebih lonjong dan berdiri lebih tegap. Sebaliknya, burung betina lebih membulat bentuknya.

Pemberian pakan jalak suren trotolan
alam edisi sebelumnya sudah pernah dikupas masalah perawatan piyik / anakan burung, yang juga bisa diterapkan dalam perawatan trotolan jalak suren jawa. Tetapi metode tersebut masih harus ditambah dengan pakan buah-buahan, agar setelah dewasa jalak suren jawa terbiasa dan menyukai buah seperti pisang dan sejenisnya. Sebab tidak sedikit JS mania yang mengeluh burungnya tidak mau makan buah, baik pisang, pepaya, maupun jenis buah lainnya.
Jadi, sejak masih trotolan, berikan pisang kepok, pisang batu, pepaya, dan buah lainnya kepada jalak suren, agar kelak rajin berbunyi. Buah yang akan diberikan kepada trotolan bisa dikupas dulu kulitnya.

Serangga seperti jangkrik diberikan setiap 1-2 jam sekali dengan porsi pemberian cukup 1-2 ekor saja. Ingat, sebelum diberikan, bagian kepala dan kaki-kaki jangkrik harus dibuang.

Setelah burung terlihat kekenyangan atau tidak merengek-rengek lagi minta makanan, pemasteran bisa dilakukan, baik menggunakan suara burung asli maupun dari file audio. Jika menggunakan burung asli, gantung sangkarnya di dekat trotolan jalak suren jawa. Apabila menggunakan file audio, bisa diputarkan melalui perangkat mp3 player atau HP dengan volume sedang namun masih terdengar jelas oleh burung.

Setelah berumur 4 – 5 bulan, burung akan mengalami mabung pertamanya, yaitu pergantian bulu trotol ke burung dewasa. Dalam hal ini, warna cokelat pada tubuhnya akan berubah menjadi kehitaman, Pada burung jantan, warna hitam di bagian belakang kepala hingga punggung akan terlihat sangat gelap dan berkilauan, sementara pada betina terlihat kusam.

Setelah umur 8 bulan lebih, jalak suren akan mampu menyuarakan apa yang pernah didengarnya saat masih trotolan. Nah, pada usia inilah jalak suren sudah mencapai umur dewasa kelamin. Hal ini bisa dilihat dari warna kloakanya, di mana burung jantan akan berwarna kebiruan sementara betina cenderung kemerahan.

Perawatan harian agar cepat gacor atau rajin bunyi.
Beberapa sobat kicaumania mengeluh, jalak surennya tidak rajin bunyi atau biasa-biasa saja. Padahal burung jalak identik dengan kecerewetannya. Untuk mengatasi masalah tersebut, Anda bisa lihat lagi perawatan harian yang diberikan selama ini. Apakah ada kesalahan atau kekurangan, seperti mand -jemur yang jarang dilakukan, kualitas dan kuantitas pakan yang rendah, extra fooding (EF) yang diberikan seperti serangga dan buah.

Kondisi fisik burung yang lemah dan kurang fit yang ditandati dengan seringnya burung mengembangkan bulu-bulunya juga bisa mempengaruhi kinerja atau kegacorannya. Pemberian vitamin yang tepat dan cocok dapat meningkatkan kondisi fisik burung, sekaligus memperbaiki kinerja burung.

Berikut ini perawatan harian yang bisa diterapkan agar jalak suren yang semula kurang rajin bunyi bisa menjadi rajin berbunyi / gacor.
  • Berikan 1 sendok teh kroto dua kali dalam seminggu. Biasakan memberinya di waktu pagi hari.
  • Jangkrik diberikan setiap hari, dengan porsi 3 ekor pada pagi dan 5 ekor pada sore hari.
  • Voer yang bisa diberikan kepada jalak suren beragam, tergantung kebiasannya. Ada yang lebih senang memberikan voer berwarna hijau, tetapi ada juga yang setiap hari memberikan pelet lele (voer untuk lele). Keduanya sama baiknya.
  • Pisang harus diberikan setiap hari, Jika burung tidak menyukai pisang, banyak cara yang bisa dilakukan untuk membiasakannya mau makan pisang. Misalnya, berikan pisang batu yang dicacah dengan cara ditusuk-tusuk menggunakan lidi, sehingga berkesan seperti pisang yang baru saja dimakan burung lain. Biasanya burung akan memakan buah yang bekas dimakan burung lainnya.
  • Pada pagi hari, berikan ulat kandang sebanyak satu cepuk yang diberikan dalam wadah terpisah.
  • Pola mandi dan jemur seperti biasanya.
  • Biasakan burung mengkonsumsi vitamin, untuk memastikan kesehatannya. 
Dengan perawatan yang rutin dan konsisten, jalak suren jawa akan lebih rajin berbunyi. Bilamana dirawat dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, bukan tidak mungkin jalak suren Anda berpotensi menjadi “alarm rumah”.

Tetap jadikan Koran Burung inspirasi Kicau Mania Indonesia.

Artikel Koran Burung Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2018 Koran Burung | Design by Koran Burung