Media Masyarakat Tentang Pengenalan Informasi Seputar Burung Kicau, Atau Hewan Peliharaan Dalam Perawatan, Penangkaran, dan Penyembuhan Penyakit.

Metode Baru Penentuan Jenis Kelamin Burung Cucak Rowo Menggunakan Bulu

Artikel terkait : Metode Baru Penentuan Jenis Kelamin Burung Cucak Rowo Menggunakan Bulu

Cucak Rowo si burung mewah, burung Kicauan yg mempunyai harga yg sangat tinggi sekali dan bisa dikatakan Burung Kicauan berkelas yg dapat memberikan kesan mewah kepada yg memilikinya. Burung Cucak Rowo sendiri mempunyai nama ilmiah Pycnonotus Zeylanicus yg dlm Bahasa Inggris sering disebut dg Straw Headed Bulbul yg mempunyai kualitas suara kicauan yg sangat merdu sekali sehingga benar – benar sangat dicari oleh kolektor Pecinta Burung di Indonesia, karena sangat dicari dan mahal harganya, sehingga banyak orang yang mulai menternakkan burung ini. Masalah yang sering dialami para peternak burung adalah menentukan jenis kelamin. Pasalnya, antara jenis kelamin burung jantan dan betina, terkadang sulit sekali dibedakan. Seperti halnya, burung Cucak Rowo yang sulit dibedakan jenis kelaminnya.

Si Mewah Burung Cucak Rowo
Salah satu penangkar burung Cucak Rowo yang bernama Gunawan mengiyakan hal tersebut. Menurutnya, jenis kelamin burung Cucak Rowo sulit dibedakan. Hal ini yang membuat pengembangbiakan burung Cucak Rowo sangat sulit.

Nah, karena burung Cucak Rowo sulit dikembangbiakkan, akhirnya harga burung Cucak Rowo menjadi sangat mahal. Satu ekor burung Cucak Rowo dijual seharga Rp 3 juta – Rp 5 juta. Harga tersebut bisa naik lima kali lipat jika dijual sepasang, jantan dan betina.

Tahukah Anda, apa yang membuat burung Cucak Rowo sulit dibedakan jenis kelaminnya? Ternyata kesulitan tersebut dikarenakan burung Cucak Rowo termasuk dalam kategori burung monomorfik. Apa itu monomorfik? Monomorfik adalah hewan yang sulit dibedakan jenis kelaminnya saat dilihat dari struktur anatomi dan morfologinya.

Mengetahui fakta tersebut, pensiunan pegawai bank swasta ini menjadi frustasi. Pada awal-awal memulai usaha ternak burung Cucak Rowo, dia sering tertipu. Kata penjual, burungnya sepasang jantan dan betina. Namun, ketika dikawinkan ternyata jantan semua, atau malah betina semua.

Selama tiga tahun memulai usaha ternak burung Cucak Rowo, Gunawan mengaku gagal. Hal ini karena 20 pasang burung Cucak Rowo yang ia beli, hanya dua pasang yang berhasil bertelur. Bahkan, ada beberapa ekor burung Cucak Rowo yang mati karena berkelahi dalam satu kandang.

Kasus seperti ini sering dialami para penangkar burung Cucak Rowo diberbagai daerah. Mereka kerap ditipu oleh penjual burung yang mengaku burung Cucak Rowo miliknya asli jantan dan betina. Ternyata setelah dijodohkan, jenis kelamin burung tadi sama.

Pengalaman buruk para peternak burung Cucak Rowo membuat Eduardus Bimo Aksono menemukan metode baru penentuan jenis kelamin burung. Metode baru ini menggunakan replika DNA dari sampel DNA calamus atau bulu burung.

Dulu, Bimo sering menggunakan sampel darah untuk menentukan jenis kelamin burung. Namun, metode tersebut ia tinggalkan karena pengambilan darah burung terlalu berisiko. Katanya, burung yang diambil darahnya mudah stres.

“Pengambilan darah dinilai terlalu berisiko. Burung mudah stres,” kata Eduardus Bimo Aksono selaku dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair).

Eduardus Bimo Aksono (kiri) dan Gunawan (kanan) (unair.ac.id)
Cara menentukan jenis kelamin burung
Lalu, bagaimana cara menemukan jenis kelamin burung menggunakan bulu burung? Untuk mengetahuinya, Bimo menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) yaitu teknik untuk memperbanyak (replikasi) DNA secara enzimatik tanpa menggunakan organisme.

Langkah-langkahnya cukup rumit, bulu burung dipotong kecil-kecil dan ditumbuk hingga halus. Setelah halus, bulu dilarutkan ke dalam enzim. Kemudian, hasilnya diesktraksi (disarikan) dan diperbanyak. Dari bulu tersebut, peneliti bisa melihat kromosom. Heterozigot atau ZW berarti betina. Namun, jika hanya sejenis atau ZZ, berarti jantan.

Peternak burung Cucak Rowo tidak percaya
Sayangnya, banyak peternak burung Cucak Rowo tidak percaya dengan penemuan Eduardus Bimo Aksono. Mereka lebih percaya pada pengalaman dalam pengamatan sehingga meragukan penelitian Bimo.

Misalnya, burung Cucak Rowo yang kepalanya lebih besar adalah jantan. Sementara, burung Cucak Rowo yang ekornya lebih pendek adalah betina.

Bimo tak patah semangat dan meneliti apa yang selalu dipercayai para peternak. Ternyata, dugaan para peternak burung Cucak Rowo selama ini salah besar.

“Setelah kami teliti, ternyata 70 persen dugaan peternak itu salah,” ungkap Eduardus Bimo Aksono, seperti yang disadur dari Jawapos.

Pembuktian metode penentuan jenis kelamin burung
Kebetulan, ada satu peternak burung Cucak Rowo yang mau menjajal metode penelitiannya tersebut. Setelah dicoba dengan dua sampai tiga pasang Cucak Rowo, metode Bimo ternyata sukses. Dalam beberapa minggu penjodohan, pasangan burung tersebut berhasil bertelur, bahkan dua minggu kemudian, telur menetas.

Kini, metode pendeteksi jenis kelamin burung milik Bimo sudah tersebar luas. Pemesan uji kelamin burung tidak hanya datang dari wilayah Surabaya dan Jawa Timur. Konsumennya meluas hingga provinsi lain, mulai Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, hingga Kalimantan Selatan.

Harga burung Cucak Rowo jadi lebih mahal
Berkat temuannya itu, saat ini banyak peternak yang sudah berhasil menjalankan usaha penangkaran burung Cucak Rowo. Sekarang, mereka tidak mengalami kesulitan dalam beternak burung Cucak Rowo. Harga burung Cucak Rowo pun sekarang lebih mahal karena jenis kelamin burung sudah jelas.

Sebelum mengetahui jenis kelamin burung, peternak hanya berani menjual Rp 7 juta – Rp 10 juta per pasang. Kini, mereka sudah berani menjual burung Cucak Rowo seharga Rp 10 juta – Rp 15 juta per pasang.

Artikel Koran Burung Lainnya :

1 komentar:

Copyright © 2018 Koran Burung | Design by Koran Burung